POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA UMAT BERAGAMA DALAM MEMBANGUN KESERASIAN SOSIAL MASYARAKAT ISLAM DAN KRISTEN DI DESA PUNCAK MANDIRI KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA
Keywords:
Pola Komunikasi Interpersonal;Abstract
Setiap agama memiliki sejarah, kisah, narasi, dan simbol untuk menjelaskan hakikat, makna, tujuan serta awal mula kehidupan dan semesta alam. Kerukunan antar umat beragama adalah hasil dari interaksi yang damai dan dibentuk oleh adanya sikap toleransi agama. Teori dialektika relasional dalam komunikasi interpersonal dapat dimaknai sebagai kerangka kerja untuk memahami bagaimana individu mengelola ketegangan dalam hubungan mereka dengan orang lain guna menciptakan harmoni dan keselarasan dalam masyarakat. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pola komunikasi interpersonal antar umat beragama dalam membangun keserasian sosial di Desa Puncak Mandiri, serta hambatan komunikasi intepersonal antar umat beragama dalam membangun keserasian sosial. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini mengguanakan teori dialektika relasional yang memiliki keunikan dengan memiliki empat asumsi dasar yang menarik. Pertama, dalam teori ini konteks hubungan tidak bersifat linear yang menunjukkan keinginan-keinginan yag kontradiktif. Kedua, hidup dalam relasi ditandai oleh dinamika perubahan, hubungan selalu dalam pergerakan. Ketiga, kontradiksi adalah fenomena yang mendasar dan tak terhindarkan yang menimbulkan ketegangan, dan ketegangan menuntut adanya komunikasi yang efektif. Keempat, komunikasi memegang peranan penting dalam mengelola dan menegosiasikan kontradiksi dalam hubungan. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa dalam Desa Puncak Mandiri, Kabupaten Gorontalo Utara, keserasian sosial antara umat beragama Islam dan Kristen tercermin melalui komunikasi interpersonal yang intensif dan saling menghargai. Baik dalam kegiatan keagamaan maupun sosial seperti gotong royong dan olahraga, terjalinlah hubungan yang membangun pemahaman dan toleransi yang tinggi di antara mereka. Komitmen untuk menjaga kerukunan tercermin dalam sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan keyakinan. Meskipun ada perbedaan dalam praktik keagamaan, masyarakat tetap hidup berdampingan dengan damai.