El-Mizzi : Jurnal Ilmu Hadis
https://ejournal.iaingorontalo.ac.id/index.php/em
<p>El-Mizzi Jurnal Ilmu Hadits</p>en-USEl-Mizzi : Jurnal Ilmu HadisHOMO SEKSUAL DALAM PANDANGAN HADIS NABI MUHAMMAD SAW
https://ejournal.iaingorontalo.ac.id/index.php/em/article/view/490
<p><strong>Abstrak: </strong></p> <p>Artikel yang berjudulkan homo seksual ini merupakan salah satu sub yang dibahas oleh para peneliti dalam tesis yang berjudulkan Hadits yang bersambung sampai kepada rasulullah saw. Peneliti tertarik untuk dijadikannya artikel ini sebagai salah satu jurnal sebab terjadinya bencana yang terjadi pada masa nabi-nabi yang terdahulu karena pelanggaran yang mereka perbuat dan salah satu sebab kerusakan bumi adalah perbuatan yang melakukan seks bebas bahkan bukan hanya sekas bebas perbuatan homoseksual juga termaksud perbuatan yang dilaknat oleh allah swt. Oleh karena itu peneliti mencoba mencari hadis ini untuk dijadikan rujukan dan tentunya dijadikan pelajaran yang nantinya akan dihindari sebab perbuatan ini sangat dimurkai oleh Allah Swt.</p> <p>Secara subtansif, hadis ini cukup menjadi popular diberbagai kalangan terutama para penuntut ilmu yang mencari kebenaran, sering terjadi dimasyarakat umum dan menjadi hal biasa ketika berhadapan dengan sebuah masalah bahkan hal ini dianggap remeh, oleh sebab itu peneliti menilik hadits ini selain dari subtansinya juga metodologisnya agar setidaknya dalam memahami hadis ini sudah menjadi kesadaran yang kuat untuk disadari agar dihindari. Dalam penyajian artikel ini digunakan bahasa yang ringan sehingga para pembaca nanti akan dengan mudahnya memahami artikel ini. Adapun kajian ini dengan meliputi sanadnya, dan adapun urutan sanad-nya meliputi kegiatan takhrij al-hadits, penelusuran biografi dan spesifikasi diri para periwayat hadits hingga intergritas pribadi dan kapasitas intelektual mereka.</p> <p> </p>Anisah MohamadYusna Hemuto
Copyright (c) 2024 Anisah Mohamad, Yusna Hemuto
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-07-312023-07-3121 LITERASI MULTIKULTURAL DI KALANGAN ASN; KUNCI MENGHADAPI TANTANGAN KEBERAGAMAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN HADIS
https://ejournal.iaingorontalo.ac.id/index.php/em/article/view/2045
<p><em>Cultural diversity is a social reality faced by civil servants (Aparatur Sipil Negara, ASN) in Indonesia. Multicultural literacy serves as a strategic key in managing differences and strengthening social harmony within a pluralistic work environment. This article examines the role of multicultural literacy among ASN, highlighting its relevance to the values of diversity as reflected in the Qur'an and Hadith. Using a qualitative approach, this study analyzes the concept of multicultural literacy, its implementation in ASN policies and practices, and its connection to Islamic teachings that promote tolerance, justice, and brotherhood. The findings reveal that strengthening multicultural literacy based on the values of the Qur'an and Hadith can serve as an effective strategy to address diversity challenges, enhance ASN competencies, and support the creation of inclusive and equitable public services. Thus, multicultural literacy is not only socially relevant but also aligns with Islamic principles that underpin the ethical foundations of ASN in Indonesia.</em></p> <p><strong> </strong></p>Muhammad Rifian PanigoroMuhammad Rizal Panigoro
Copyright (c) 2024 Muhammad Rifian Panigoro, Muhammad Rizal Panigoro
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-06-232023-06-2321111METODE AL-JAM’U WA AT-TAUFIQ DALAM KAJIAN MUKHTALIF HADIS
https://ejournal.iaingorontalo.ac.id/index.php/em/article/view/1956
<p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><em>In this modern era, the development of the science of fiqh is very rapid. This, of course, has a correlation with the understanding of the arguments originating from the Al-Qur'an and Hadith. For example, there is a legal argument that is faced with a certain problem that will find a solution, but there are also several laws that originate from the Al-Qur'an in the same context, which actually cause different thoughts in understanding it. Therefore, when there are contradictory arguments, there are several methods to solve them. However, this paper will explain the method of solving it by means of Al-Jam'u Wa Al-Taufiq and Naskh. When there are contradictory arguments, then the solution is to collect and compromise them, so it is called Al-Jam'u Wal Al-Taufiq.</em> <em>This method aims to understand the context and meaning of different hadiths by identifying similarities and differences between them. This process involves critical analysis of the hadith's sanad and matan, as well as considering factors such as time, place and situation behind each narration. The research reveals that among the proposed methods of resolution is the effort to gather these pieces of evidence and compromise them to obtain a middle-ground legal ruling. In dealing with mukhtlif hadith, hadith scholars have several views. This paper will explore some of the view of hadith scholars regarding mukhtalif hadith.</em></p>akmal kablul haridAldiansyah PutraZikri Darussamin
Copyright (c) 2024 akmal kablul harid, Aldiansyah Putra, Zikri Darussamin
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-06-242023-06-24211224A, The ADAB TERHADAP ORANG TUA DAN DOSEN
https://ejournal.iaingorontalo.ac.id/index.php/em/article/view/453
<p>Akhlak yang baik adalah kata kunci keberhasilan dalam proses pendidikan. Setiap orang tidak akan mampu mengendalikan dirinya jika hanya bersandar pada pengetahuan yang dia miliki kecuali dibarengi dengan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, setiap orang tua maupun guru dibebankan tanggung jawab untuk membina dan mendidik generasi penerus bangsa agar bisa tumbuh menjadi pemuda-pemudi yang tidak hanya kaya akan intelektual, melainkan juga memiliki akhlak, budi pekerti yang baik. Dengan melihat betapa pentingnya akhlaqul karimah ini dan pengaruh besarnya terhadap pedidikan generasi muda, penulis tertarik untuk menjadikan artikel ini sebagai salah satu jurnal yang sasarannya ditujukan kepada kalangan mahasiswa/i yang mana telah menyepelekan adab-adab kepada dosen-dosen mereka dikarenakan anggapan yang sudah menjadi sesuatu yang biasa di kalangan mahasiswa yakni anggapan mereka, jika sudah berstatus mahasiswa/i yang berarti sudah berada pada puncak tertinggi dalam proses pendidikan, tidak ada lagi peraturan dan adab yang perlu di terapkan, yang oleh karenanya muncullah sikap abai alias semena-mena kepada dosen, selaku pengajar mereka. Padahal yang namanya guru, walaupun dia hanya mengajarkan kita satu huruf pun, selama nya dia akan tetap menjadi guru kita.</p> <p>Dalam artikel ini, terdapat Naqdu Sanad dan <strong>N</strong>aqdu Matan, dimana keduanya merupakan dua poin yang pentingketika kita mau mengambil suatu hadis untuk dijadikan <em>Hujjah</em>. sebelum hadis itu diamalkan, terlebih dahulu kita harus meneliti hadis tersebut apakah kualitasnya shahih, hasan, atau dhaif. Adapun urutan kajian <strong>Naqdu Sanad</strong> meliputi kegiatan <strong>Takhrij Al-Hadis</strong>, penelusuran biografi dan spesifikasi diri para periwayat hadis (<strong>Rijal Al-Hadis</strong>) hingga integritas pribadi dan kapasitas intelektual mereka (<strong>Jarh Wa Ta’dil</strong>). Sedangkan untuk kajian <strong>Naqdu Matannya</strong> meliputi penelusuran tentang ada tidaknya hal-hal yang bertentangan dengan dalil <strong>naqly</strong> maupun dalil <strong>aqly</strong> dalam <strong>matan</strong> hadis tersebut. Setelah kedua langkah tersebut dilakukan, selanjutnya dapat disimpulkan apakah hadis tersebut bisa dijadikan <strong>hujjah</strong> untuk diamalkan atau tidak.</p>Gina Hasan
Copyright (c) 2024 Gina Hasan
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-03-122023-03-12211429PERKEMBANGAN HADITS PASCA KODIFIKASI SAMPAI 656 H
https://ejournal.iaingorontalo.ac.id/index.php/em/article/view/1983
<p>Perkembangan hadis pasca kodifikasi hingga tahun 656 H merupakan fase penting dalam sejarah Islam. Pada masa ini, hadis mengalami transformasi dari sekadar tradisi lisan menjadi sistem ilmiah yang terstruktur. Proses kodifikasi hadis yang dimulai pada abad ke-2 H memberikan landasan bagi munculnya berbagai kitab hadis utama, seperti Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Setelah kodifikasi, perhatian para ulama bergeser dari sekadar pengumpulan hadis kepada kritik sanad dan matan untuk memastikan keaslian riwayat. Periode ini juga ditandai dengan lahirnya metode ilmiah dalam kajian hadis, seperti ilmu rijal al-hadis, ilmu jarh wa ta'dil, dan klasifikasi hadis berdasarkan tingkat keautentikan. Para ulama besar, seperti Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa'i, berperan signifikan dalam menyempurnakan metodologi kajian hadis. Di sisi lain, interaksi antara berbagai madzhab dan tradisi lokal memperkaya, tetapi juga menimbulkan tantangan dalam penerimaan dan pemahaman hadis. Studi ini bertujuan menganalisis perkembangan hadis selama periode tersebut dengan fokus pada kontribusi ulama, dinamika keilmuan, serta dampaknya terhadap pembentukan hukum Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis-analitis berdasarkan sumber primer dan sekunder. Hasilnya menunjukkan bahwa perkembangan hadis pada masa ini tidak hanya memperkuat tradisi keilmuan Islam, tetapi juga menjadi fondasi penting bagi peradaban Islam hingga era kontemporer.</p> <p> </p>Muhammad Khoirul Anwar PasaribuZakky Ali PratamaProf. Dr. H. Zikri Darussamin, M.Ag
Copyright (c) 2024 Muhammad Khoirul Anwar Pasaribu, Zakky Ali Pratama, Prof. Dr. H. Zikri Darussamin, M.Ag
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-072023-05-07212543